Minggu, 19 Juli 2009

Biografi ibu soed dan lagu Tanah Airku Tidak Kulupakan

Nama : Saridjah Niung.
Lahir : 26 Maret 1908 Sukabumi, Jawa barat.
Meninggal : 1933 (85 Tahun) Jakarta, Indonesia.
Pekerjaan : Pemusik, Guru Musik, Komponis, Penyiar Radio, Seniman Batik
Pendidikan : Hoogere Kweek School Bandung
Pendidikan : Seni Suara dan Musik Tahun Aktif 1927 - 1993 Pasangan R Bintang Soedibjo


Kemahiran Saridjah di bidang musik, terutama bermain biola, sebagian besar dipelajari dari ayah angkatnya, Prof. Dr. Mr. J.F. Kramer, seorang pensiunan Wakil Ketua Hoogerechtshof (Kejaksaan Tinggi) di Jakarta pada masa itu, yang selanjutnya menetap di Sukabumi dan mengangkatnya sebagai anak. J.F. Kramer adalah seorang indo-Belanda beribukan keturunan Jawa ningrat, latar belakang inilah yang membuat Saridjah dididik untuk menjadi patriotis dan mencintai bangsanya.

Saridjah lahir sebagai putri bungsu dari dua belas orang bersaudara. Ayah kandung Saridjah adalah Mohamad Niung, seorang pelaut asal Bugis yang menetap lama di Sukabumi kemudian menjadi pengawal J.F. Kramer.

Selepas mempelajari seni suara, seni musik dan belajar menggesek biola hingga mahir dari ayah angkatnya, Saridjah melanjutkan sekolahnya di Hoogere Kweek School (HKS) Bandung untuk memperdalam ilmunya di bidang seni suara dan musik. Setelah tamat, ia kemudian mengajar di Hollandsch-Inlandsche School (HIS). Dari sinilah titik tolak dasar Saridjah untuk mulai mengarang lagu. Pada tahun 1927, ia menjadi Istri R. Bintang Soedibjo, dan ia pun kemudian dikenal dengan panggilan Ibu Soed, singkatan dari Soedibjo.

[sunting] Karir
Ibu Soed dikenal sebagai tokoh musik tiga zaman (Belanda, Jepang, Indonesia). Karirnya di bidang musik bahkan sudah dimulai jauh sebelum kemerdekaan Indonesia. Suaranya pertama kali disiarkan dari radio NIROM Jakarta periode 1927-1928.
Setelah menamatkan pendidikan di HKS Bandung, Ibu Soed kemudian menjadi guru musik di HIS Petojo, HIS Jalan Kartini, dan HIS Arjuna yang masih menggunakan Bahasa Belanda (1925-1941). Ia prihatin melihat anak-anak Indonesia yang tampak kurang gembira saat itu. Hal ini membuat Ibu Soed berpikir untuk menyenangkan mereka dengan bernyanyi lagu ceria. Didorong rasa patriotisnya, Ibu Soed ingin mengajar mereka untuk menyanyi dalam Bahasa Indonesia. Dari sinilah Ibu Soed mulai menciptakan lagu-lagu yang bersifat ceria dan patriotik untuk anak-anak Indonesia.

Selain mencipta lagu Ibu Soed juga pernah menulis naskah sandiwara dan mementaskannya. Operette Balet Kanak-kanak Sumi di Gedung Kesenian Jakarta di tahun 1955 bersama Nani Loebis Gondosapoetro sebagai penata tari dan RAJ Soedjasmin sebagai penata musiknya.
Saat aktif sebagai anggota organisasi Indonesia Muda tahun 1926, Ibu Soed juga membentuk grup Tonil Amatir yang dipentaskan untuk menggalang dana untuk acara penginapan mahasiswa Club Indonesia. Aktivitasnya tidak hanya menonjol sebagai guru dan aktivis organisasi pemuda, tetapi juga berperan dalam berbagai siaran radio sebagai pengasuh siaran anak-anak (1927-1962).

Oleh karena reputasinya yang aktif dalam pergerakan Nasional saat itu, pada tahun 1945 Ibu Soed pernah menjadi sasaran aksi penggeledahan oleh pasukan Belanda. Rumah Ibu Soed di Jalan Maluku No. 36 Jakarta saat itu sudah dikepung oleh pasukan Belanda, namun tetangga Ibu Soed yang seorang Belanda meyakinkan mereka bahwa mereka salah sasaran, karena profesi Ibu Soed hanyalah pencipta lagu dan suaminya hanyalah pedagang. Walaupun selamat dari penggeledahan tersebut, Ibu Soed dan seorang pembantu tetap harus bersusah payah membuang pemancar radio gelap ke dalam sumur.
dengan demikian beliau menjadi terkenal.
Ibu Soed juga dikenal piawai dalam seni batik. Atas karya dan pengabdiannya, Ia menerima penghargaan Satya Lencana Kebudayaan dari pemerintah Indonesia dan MURI.
[sunting] Kehidupan Pribadi

Ibu Soed menikah dengan R. Bintang Soedibjo, seorang pengusaha pada tahun 1927. Pada tahun 1954, R. Bintang Soedibjo tertimpa musibah kecelakaan pesawat BOAC di Singapura. Di usia tuanya, Ibu Soed hidup ditemani cucu dan cicitnya. Ia bertekad untuk tetap mencipta lagu dan membatik tanpa mempedulikan usia. Meskipun bukan pengusaha batik, Ia ingin tetap menghargai nilai seni di balik budaya nasional tersebut. Di hari tuanya ia juga masih gemar berolah raga jalan kaki setiap pagi sekitar tiga kilometer. Ibu Soed tutup usia pada tahun 1993, di usia 85 tahun.


Tanah airku tidak kulupakan

Kan terkenang selama hidupku

Biarpun saya pergi jauh

Tidak kan hilang dari kalbu

Tanahku yang kucintai

Engkau kuhargai


Ini merupakan sepenggal lirik dari sebuah lagu tentang tanah air tercinta… Kecintaan terhadap ibu pertiwi yang tak lekang oleh panas dan tak lapuk oleh hujan… Lagu ini benar-benar menampakkan isi hati terdalam dari sosok-sosok pengembara…

Lagu ini dibuat oleh alm.Ibu Soed yang menggambarkan seorang pengembara yang mengembara ke negeri tetangga untuk mencari ilmu disana. Walaupun si pengembara sudah mengenyam pendidikan di negri tetangga, ia tetap mencintai tanah kelahirannya. Yaitu bumi Indonesia.

Selasa, 07 Juli 2009

Mohammad Hatta

Ketika Soekarno membubarkan konstituante yang dipilih rakyat dan mengeluarkan Dekrit Presiden 5 Juli1959, Hatta melihat Demokrasi sampai pada tahap yang membahayakan. Konstituante di bubarkan Soekarno sebelum tugasnya menyusun Undang-Undang Dasar rampung.Dekrit Presiden itu akan memberlakukan kembali UUD 1945. Hatta melihat hal itu dengan prihatin dan menganggap telah terjadi krisis Demokrasi. Bung Hatta kemudian menulis buku Demokrasi kita tahun 1960 dan dimuat di majalah Panji Masyarakat yang dipimpin Hamka.Soekarno marah karena isi buku tersebut dianggap menentang kebijakannya. Selain dilarang terbit, majalah Panji Masyarakat juga dilarang untuk dibaca,dilarang untuk disimpan, dan dilarang keras untuk menyiarkan buku tersebut. Dan barang siapa yang tidak mengindahkan larangan itu diancam hukuman berat. Padahal “Demokrasi Kita” merupakan hasil pikiran brilian salah seorang Proklamator kemerdekaan Indonesia pada 17 Agustus 1945.


Dua sahabat yang begitu akrab, sama-sama pejuang, sama-sama bertyjuan untuk menjadikan Indonesia negeri yang adil dan makmur. Tiba-tiba berpisah karena berbeda pandangan, antara lain tentang revolusi. Bung Hatta menganggap kalau setelah Proklamasi kemerdekaan revolusi Indonesia sudah selesai. Tugas selanjutnya adalah mengisi kemerdekaan dengan pembangunan ekonomi. Bung Karno menganggap revolusi belum selesai selama masih ada Kolonialisme dan Imperialisme di bumi Indonesia. “Dwi Tunggal” yang mengkristal ketika memproklamasikan kemerdekaan itu tiba-tiba pecah. Hatta tidak menentang Soekarno secara frontal, tetapi pergi dari sisinya demi persatuan nasional. Padahal persatuan itu masih tampak nyata ketika Soekarno menyeru kepada rakyat Indonesia: “Ikut MUSO dengan PKI-nya yang akan membuat bangkrutnya cita-cita Indonesia merdeka, atau ikut Soekarno-Hatta yang Insya Allah, dengan bantuan Tuhan, akan memimpin Negara Indonesia yang merdeka, tidak dijajah oleh Negara manapun juga.”


Dan tentu saja rakyat memilih Soekarno-Hatta. kala itu, September 1984, ketika terjadi pemberontakan PKI-Madiun yang dipimpin Muso. Tetapi cerita selanjutnya Bung Karno lebih condong ke “kiri”, sedang Hatta tidak.Bung Hatta kemudian melepaskan jabatan wakil presiden (1956) ketika tidak sejalan lagi dengan Bung Karno. Mundurnya Hatta membuka jalan lampang bagi lahirnya Demokrasi terpimpin yang sesuai dengan pandangan Soekarno. Mereka memang berpisah, tapi secara pribadi keduanya berhubungan baik. Kabarnya Bung Hatta masih sering berkirim surat dengan Bung Karno dan mengingatkan agar tidak terlalu condong ke “kiri”. Putera-puteri Bung Karno dan Bung Hatta pun tetap berhubungan baik.

Mohammad Hatta sebagai “Bapak Koperasi”, memang berbeda dengan Bung Karno baik dari segi pemikiran mapun penampilan.Namun satu hal yang tidak berbeda, yaitu keduanya sama-sama ingin Indonesia yang bersatu adil dan makmur.


Koperasi sebagai sokoguru perekonomian Indonesia adalah cita-cita Bung Hatta yang mungkin tidak lekang oleh panas dan tidak lapuk oleh hujan. Menurut Bung Hatta “asas kekeluargaan” yang dicantumkan dalam pasal 33 Undang-Undang dasar 1945 itu ialah koperasi. “asas kekeluargaan itu ialah istilah taman siswa untuk menunjukan bagaimana guru dan murid hidub sebagai satu keluarga. Hubungan antara anggota koperasi satu sama lain harus mencerminkan orang-orang yang bersaudara, satu keluarga. Rasa solidaritas dipupuk dan diperkuat.Anggota dididik agar menjadi orang yang mempunyai Individualita, insyaf akan harga dirinya. Individualita pun sangat berbeda dengan Individualisme. Individualisme adalah sikap yang mengutamakan kepentingan diri sendiri dan mengutamakan kepentingan sendiri dari orang lain. Sedangkan Individualita ialah sikap dimana seseorang menjadi anggota koperasi –sebagai pembela dan pejuang yang giat bagi lembaganya. Bung Hatta mengataka bahwa usaha koperasi dibidang apapun digunakan untuk menanam kemauan dan kepercayaan diri sendiri dalam persekutuan, untuk melaksanakan self-help dan auto-aktivitas guna kepentingan bersama.


Mohammad Hatta sendiri lahir di Aur Tanjung, Mandiangin, Bukitinggi, Sumatera Barat, 12 Agustus 1912. Ia lahir saat fajar muncul di ufuk timur, ketika azan baru dikumandangkan di masjid-masjid dan surau-surau di Bukitinggi. Kelak, Hatta memang menjadi salah satu fajar penerang bagi perjuangan menuju Indonesia merdeka. Tahun 1922- setelah menyelesaikan MULO-nya, Hatta melanjutkan sekolah di Rotterdam, Negeri Belanda. Awal perjuangan untuk kemerdekaan, Bangsanya mulai dimantapkan ketika ia memimpin perhimpunan Indonesia (PI) di Belanda.Karena dituduh subversive, bersama aktivitas lain seperti Ali Sostroamidjojo,Nazir Pamuntjak, dan Abdul Madjid Dojoadiningrat,Hatta ditangkap dan diadili pada 22 maret 1928. Tapi mereka dibebaskan dari segala tuduhan. Setelah 11 tahun berada di negeri Belanda, Hatta kembali ke Indonesia. Pada tanggal 8 Desember 1942, dalam rapat umum di Lapangan Ikada, Jakarta, Hatta diminta berpidato. Ada ucapannya yang mengejutkan dan menyentakkan kesadaran setiap orang yang mendengarkan:”Bagi pemuda Indonesia, Ia lebih suka melihat Indonesia tenggelam ke dasar lautan dari pada memilikinya sebagai jajahan orang kembali.” Ucapa itu memang diluar control penjajah jepang. Setelah melewati perjuangan yang panjang dan berliku, Bung Hatta serta Bung Karno memproklamasikan kemerdekaan Indonesia, 17 Agustus 1945. sejak saat itu Soekarno-Hatta bersama-sama sebagai “Dwi Tunggal” lambing persatuan bangsa. Apalagi setelah Hatta menjadi wakil presiden, DAN Soekarno sebagai presiden RI. “Dwi Tunggal” retak pada tahun 1956, ketika keduanya berselisih paham tentang revolusi dan demokrasi.


Bung Hatta wafat pada 17 maret 1980 pada usia 78 tahun. Indonesia menangis, putra terbaik dipanggil Allah ke sisi-Nya. Republik Indonesia sepeti kehilangan seorang bapak, dan sepanjang 4 kilometer menusia mengantarkan Bumg Hatta ke pemakaman Tanah Kusir. Ia tidak mau dimakamkan di tanah makam pahlawan agar selalu dekat dengan rakyat. Jutaan rakyat berduka. Bung Hatta seorang Muslim,tetapi sangat dicintai rakyat yang non-Muslim.

Sabtu, 04 Juli 2009

Ir. Soekarno

ORANG besar selalu punya pikiran besar.Dan Ir.Soekarno merupakan orang besar yang memiliki pikiran-pikiran besar. Zulfikar Ali Bhuto ingin menggabungkan antara Demokrasi, Sosialisme, dan Islam. Maka Bung Karno pernah ingin “mengawinkan” Nasionalisme,Agamis,Dan Komunis (NASAKON).pada waktu itu ia melihat realitas yang ada di Indonesia bahwa tiga kekuatan tersebut memang ada, berkembang dan dianut oleh rakyat negeri ini.Hanya saja apakah ketiga hal tersebut bisa disatukan dalam satu “kehidupan” yang harmonis,barang kali Bung Karno tidak terlalu mempertimbangkannya. Dan kenyataannya ketiga hal tersebut tak bisa disatukan.Ada dua unsure yang sama sekali betolak belakang,yakni Agama dengan Komunis.
Namun bagaimanapun juga kita melihat cita-cita Soekarno itupun berawal dari pikiran besar seorang pemimpin terhadap masa depan bangsanya.Terlepas dari apakah ia gagal ataupun berhasil.Sokarno memang selalu berada dalam kontroversi.Jalan yang dilalui orang besar memang tak selalu mulus.Suatu masa Soekarno pernah diisukan minta maaf kepada belanda agar dikeluarkan dari penjara.Tetapi Ibu Inggit Garnasih yang pernah mendampingi Soekarno menepisnya dengan mengatakan “itu mah tidak betul,itumah pamali”.soal seperti ini memang masih menjadi misteri sampai sekarang.Namun banyak orang yang tak percaya akan hal itu.Sama misteriusnya dengan posisi Soekarno di seputar akhir September 1965 saat meletus G-30-S/PKI.Ketika buku Siapa Menabur Angin Akan Menuai Badai Karangan.Soegarso Soerojo terbit menjelang akhir 1988, muncul kontroversi dimana-mana.Pengarang tulisannya menempatkan Soekarno pada posisi yang menurut banyak orang tak masuk akal.Dalam buku itu Soekarno terlibat dalam G-30S/PKI.
Tanggapan muncul dari segala penjuru.Umumnya mereka tidak setuju akan tulisan itu yang melibatkan Soekarno dengan G-30-S/PKI.Sebab mereka sangat percaya walaupun Soekarno tidak mau membubarkan PKI,ia bukanlah seorang komunis.Nmun ada juga yang bersifat netral yang tidak terlalu menyalahkan si pembuat tulisan tersebut.Lagipula Soekarno itu kan tidak anti terhadap Islam,dan ia kan juga mengaku Muhammadiyah.Mana mungkin seorang yang mengaku Muhammadiyah dan tidak anti Islam disebut Marxis.
Semua orang melihat betapa besar perjuangan Soekarno akan kemerdekaan Bangsa ini.Orang juga tidak sampai hati mengecap Soekarno sebagai Marxis,apalagi komunis.Bagi sebagian Bangsa Indonesia,Bung Karno ialah orang besar.Bersama Bung Hatta,ia tetaplah dua pahlawan Proklamator yang akan selalu dikenang dan dikagumi.
Bangsa yang besar ialah bangsa yang menghargai jasa para pahlawannya.Kata-kata tersebut merupakan kata-kata Soekarno sendiri.Dan kita menghargainya karena ia seorang pahlawan,lepas dari kelemahanya.Soekarno dilahirkan pada tanggal 1 Juni 1901 di Surabaya. Ayahnya ialah Raden Sukemi seorang guru sekolah rakyat. Ibunya ialah Ida Ayu Nyoman Rai,seorang keturunan bangsawan Bali.Sejak muda ia sudah tertarik pada politik,yaitu tempat yang sangat pas degan kepintarannya berbicara dan berpidato.Saat ia berusia 26 tahun ia mendirikan Perserikatan Nasional Indonesia yang kemudian menjadi Partai Nasional Indonesia.Kegiatan politiknya sangat meresahkan colonial Belanda.Tahun 1929 Soekarno ditangkap.Ketika diadili Soekarno bahkan berpidato menyuarakan pandangan politiknya.”Indonesia Menggugat”,itulah pidato Soekarno yang terkenal dan sangat bersejarah.
Tahun 1966 Soekarno digugat Mahasiswa untuk menyerahkan Surat Perintah Sebalas Maret (Supersemar)kepada Jendral Soeharto pada 11 Maret 1966.Pada tahun 1967 Soekarno menyerahkan kekuasaannya kepada Jendral Soeharto.Pidato pertanggungjawabannya yang berjudul Nawaksara ditolak dalam siding Majlis Permusyawaratan Sementara (MPRS). Pada 21 Juni 1970 Bung Karno wafat dan dimakamkan di Blitar,Jawa Timur.

Jumat, 03 Juli 2009

Seniman yang mengubah dunia



1. Maulana Jalaluddin Rumi.

Lahir – Wafat : 1207 – 1273

Karya-karyanya : Al-Matsnawi, Diwam-i-Shams-I Tabriz, dan Fihi Ma Fihi.

Deskripsi : Penyair besar sufi dengan banyak karya yang mengubah pandangan dunia .

Pengaruh : saat mengarang kumpulan puisi Al-Matsnawi. Buku ini memberikan kritikan terhadap ilmu kalam yang kehilangan semangat dan kekuatannya. Juga pada langkah dan arah filsafat yang sudah melebihi batas, terlalu mengagungkan rasio dan mengabaikan perasaan.



2. Muhammad Al Farabi

Lahir-Wafat : 870 – 950 M

Karya-Karyanya : At-Ta’lim Ath-Thani, Al-Musiqa Al-Kabir, dan Qanun [alat musik semacam kecapi]

Deskripsi : Cendikiawan muslim ahli filsafat, ilmu pengetahuan, kedokteran, sastra, dan musik. Ia menguasai 89 bahasa.

Pengaruh : ia dikenal sebagai guru kedua [Mua’allim Tsani]. Ia juga pandai memainkan dan menciptakan beberapa alat musik.



3. Umar Khayyam [Ghiyath A-Din Abu’l-Fath Umar ibnu Brahim Al-Nisaburi A-Khayyami]

Lahir-Wafat : 1048 – 1131

Karya-Karyanya : Sharh ma ash kala min musaddarat kitab Uqlidis [Penjelasan Kesulitan dari Postulat Euclid], Treatise on Demonstration of Problems of Algebra, Rubiyat Umar Khayyam [Antalogi Puisi]

Deskripsi : Pakar matematika dan astronomi yang ahli bikin puisi.

Pengaruh : Ia mempopulerkan puisi atau sajak berjumlah empat baris [quatran], gaya berpuisi Khayyam diikuti penyair-penyair dunia.



4. Hafiz Shirazi

Wafat : 783 H

Karyanya : Diwan Hafidz

Deskripsi : Penulis lirik Persia terkenal dan dianggap sebagai salah satu pilar puisi Persia selain Umar Khayyam. Ia memperoleh julukan lisan Al-Ghaib [orator siluman] dan Tarhuman Al-Asrar [pembuka rahasia].

Pengaruh : Syair-syair Hafiz hingga saat ini banyak dikutip sebagai pemandu dan sebagai pemberi jawab atas pertanyaan-pertanyaan, dan pemberi arah untuk mewujudkan keinginan manusia.



5. Muhammad Iqbal

Lahir _ Wafat : 1873 – 1938

Karya-karyanya : Shikwa dan Jawab-i-Shikwa

Deskripsi : Keturunan Brahma Kashmir yang menerima Islam masuk ke India. Ayahnya, Nue Muhammad, adalah muslim yang taat dan pengusaha setelah mengundurkan diri dari jabatan di pemerintahan.

Penaruh : Pada Shikwa, Iqbal menulis tentang warisan muslim dan keruntuhannya. Sedangkan pada Jawab-i-Shikwa, ia menyampaikan penyebab keruntuhan itu, mengapa harus pasrah menerimanya sebagai takdir, bukannya berusaha untuk bangkit.



6. Syed Quthb

Lahir _ Wafat : 1906 – 1966

Karya-karyanya : Tifi Qoria, Madinat Al Masyur, Qafila Rafiq, Hilmi Fajr, dan Ma’alim Fith Thariq.

Deskripsi : Selain pemikir dan cendikiawan, ia juga sastrawan terkemuka di zamannya. Syed Quthb memulai karirnya sebagai penulis buku anak-anak.

Pengaruh : Quthb menulis buku tentang kehidupan nabi dengan menggunakan bahasa yang indah sehingga menarik anak-anak. Karena kepopulerannya itu, ia menjadi pahlawan bagisemua ank muda Mesir. Bukunya Ma’alim Fith Thariq terkenal dengan kritikan terhadap budaya barat dan cara hidup mereka.



7. Sunan Kalijaga

Lahir diperkirakan tahun 1450

Karya-karyanya : Pengarang lakon pewayangan Layang Kalimasada, suluk lir-ilir, lanskap kota yang terdiri dari kraton, alun-alun dan masjid. Penggagas baju takwa.

Deskripsi : Sunan Kalijaga adalah seorang wali yang paling banyak disebut masyarakat Jawa. Ayahnya adalah Arya Wilatikta, Adipati Tuban – keturunan dari tokoh pemberontak Majapahit, Ronggolawe.

Pengaruh : Menjadi salah satu tokoh penyebar agama Islam di Jawa. Pendekatan dakwahnya sangat membumi dan unik. Ia menggunakan sarana budaya untuk mendekati masyarakat Jawa. Salah satunya dengan memasukan lakon pewayangan yang terkenal yaitu Layang Kalimasada yang berarti kalimat syahadat.